Mungkin
bagi aku dan teman-temanku yang juga suka naik gunung, kisah ini akan menjadi
kenangan dan pelajaran yang tak terlupakan. Ini karena kejadiannya yang nyaris
menelan korban jiwa dan membuat kami
sangat terkejut disertai panik. Apalagi waktunya juga bertepatan dengan hari
pahlawan dan hari ultahnya temanku yang waktu itu sempat dirayakan di puncak
gunung yang kami naiki yaitu MERBABU.
Pada
tanggal 9 November 2013, kami dengan jumlah personil 8 orang sepakat untuk
mendaki ke gunung Merbabu melalui jalur Wekas. Dengan menggunakan sepeda motor,
Aku boncengan dengan Heru, Heri dengan Fatah, Ari dengan Daniel, Aan dengan
Yudi. Kami berangkat ba’da duhur dan hari itu sangat cerah, sehingga saat perjalanan
di daerah wekas, kita sudah disuguhi pemandangan yang indah dan tak bosan untuk
dilihat. Sore hari sekitar pukul 15.00 kami tiba di basecamp. Sebelum mendaki,
kami menyiapkan dan memastikan lagi semua perlengkapan dan perbekalan agar tidak ada yang terlewatkan. Setelah itu
baru, Let’s go……!
Perjalanan
menaiki gunung merbabu sangat lancar. Kami hanya menemui hal-hal yang boleh
dibilang normal saja dan tidak menemui adanya kejadian-kejadian yang begitu
berarti. Waktu itu banyak sekali mahasiswa/i dari berbagai kampus yang hendak
melakukan pendakian ke gunung merbabu mulai dari pendaki kelas newbie sampai
yang kelas berat. Ketika berjalan di jalur pendakian sesekali kita saling
menyapa, walaupun itu terkadang sekedar basa-basi agar tidak dikira sombong.
Hehe…. Saat hari sudah mulai gelap, kami menemui ada kelompok pendaki yang
anggotanya sakit dan muntah-muntah. Dan kebetulan di kelompok kami, ada Heri
(Mbah Heri) yang cukup pintar memijat. Aku melihat Heri mencoba memijat di bagian
leher dan juga mengelus-ngelus kening si
pasien serta diberi sedikit minyak kayu putih, dan Alhamdulillah akhirnya si
pasien merasa agak baikan, …..“makasih ea mas”…. dan mau melanjutkan lagi
perjalanan. Tidak lama setelah itu, kami
juga menemui ada 4 pendaki cowok yang alat penerangnya tiba-tiba tidak
berfungsi dan minta tolong agar mereka minta ijin untuk ikut di rombongan kita
agar bisa sampai di area ngecamp. Sesampai di area ngecamp mereka mengucapkan
terima kasih kemudian berpisah dari kelompok kami. Di area ngecamp ternyata sudah sangat banyak
sekali tenda yang sudah didirikan. Kami sempat bingung dimana akan mendirikan
tenda, namun setelah cukup lama mencari-cari akhirnya ketemu juga tempat yang
benar-benar pas untuk melepas lelah.
Keesokan
harinya, sekitar jam 03.00 kami melakukan summit
attack. Suhunya sangat dingin sampai menusuk tulang-belulang dan membuat
kami sedikit menggigil walaupun sudah
mengenakan jaket yang tebal dan berlapis dua. Rrrrrrrrrrrrrr……… Tiba di puncak,
kami merasa kecewa karena sunrisenya tertutup awan (T_T). Oleh karena itu kita cuma semangat foto-foto
dengan background gunung merapi dan juga pemandangan sabana yang cuantik. Oh
iya, di puncak merbabu kami juga merayakan hari ultahnya Aan yang bertepatan
dengan dengan hari pahlawah 10 November. Di puncak Aan mengeluarkan kue ulang
tahun yang ia bawa dengan susah payah dari Jogja hingga ke puncak merbabu.
Walaupun bentuk kuenya telah hancur dan tidak karu-karuan, lilin dengan aneka
warna tetap ditancepin diatasnya. Setelah dinyalakan …… “happy birthday to
you”……..berulang kali. Kemudian lilin ditiup dan selanjutnya menyantap kuenya
sampe abiz. Baik di puncak kenteng songo maupun di puncak triangulasi,
sama-sama rame. Saling tegur sapa dengan para pendaki akan menambah keakraban
dan kegembiraan. Agar tidak terlalu dingin, waktu itu teman-temanku sempat
membuat api dengan membakar kapur tulis yang telah direndam di minyak tanah.
Dan ternyata banyak juga pendaki-pendaki lain yang berminat menghangatkan badan
di sekitar api yang kami buat. Makin rame, makin hangat.
Setelah
puas di puncak, kami turun menuju area ngecamp. Tiba di tenda, kami melakukan
acara masak-masak. Yudi membawa sarden kaleng dan itu merupakan lauk
satu-satunya yang dimiliki. Walaupun begitu, kita tetap berbagi dan menikmati
santapan untuk mensuplai kembali energi yang habis. Setelah itu baru melakukan
persiapan turun menuju basecamp. Ketika sudah mau cabut dari area ngecamp, eh
malah tiba-tiba ada temenku (maaf nama tidak disebutkan) yang sakit perut,
katanya sih dia pengen beol gitu. Karena mendapati kondisi kritis kayak gitu,
akhirnya kami putuskan untuk nungguin dan duduk-duduk sambil bakar-bakar
sampah. Setelah temenku itu merasa lega, kami akhirnya meninggalkan ara
ngecamp.
Sebelum
ke basecamp, sore itu kami bersih-bersih dan sholat dulu di masjid. Hujan turun
dengan cukup deras dan memaksa kami untuk menggunakan mantel ketika ke
basecamp. Karena kami sudah terbiasa diguyur hujan, kami memutuskan untuk
langsung pulang ke jogja tanpa menunggu hujan reda.
Biasanya
saat pulang dari gunung, merasa capek dan kantuk itu adalah pasti. Namun, kami
tetap melanjutkan perjalanan pulang. Mungkin disebabkan besoknya ada UTS di kampus. Jalan aspal yang kami lalui sangat
bagus mulus, menurun, dan juga tidak terlalu ramai. Saking tenangnya kondisi
jalan tersebut sampai-sampai membuat mata mulai mengantuk. Karena perjalanan
dalam kondisi seperti itu tetap dipaksakan akhirnya musibah itu terjadi. Fatah
dan Heri yang saling berboncengan mengalami kecelakaan tunggal. Dari atas
sepeda motor yang aku tumpangi bersama Heru aku melihat ada keramaian, dan Heru
bilang ke aku bahwa sepertinya ada yang kecelakaan. Ternyata benar ada
kecelakaan, tapi belum tahu siapa korbannya. Sepeda motor yang ditumpangi
korban terjatuh di sungai yang kedalamannya sekitar 1 meter dari jalan raya. Di
atas sepeda motor itu ada korban yang posisinya seolah-olah sedang memeluk
sepeda motor. Setelah aku perhatikan
ternyata yang di atas motor itu adalah HERI. Aku minta Heru untuk menghentikan
motor dan saat aku menghampiri Heri, “Innalillahi….” Di mukanya Heri ada darah
segar yang mengalir. Aku sempat mengira darah itu dari kepalanya, namun
ternyata darah itu berasal dari luka luar di bagian hidung yang tergores akibat
mencium bagian pinggir pelat motor secara paksa. Syukurlah bukan dari kepala
korban. Yang parah adalah kakinya Heri ternyata masuk ke dalam celah antara
kenalpot dan roda belakang, sehingga kakinya sempat terkena hawa yang sangat
panas dari kenalpot dan menimbulkan luka bakar. Sedangkan Fatah yang membonceng
Heri kondisi kedua tangannya sangat parah karena mengalami benturan dengan
setang motor sehingga sangat sakit kalo dipakai menggenggam. Akhirnya kedua
teman kami tersebut dibawa ke RST yang ada di Magelang untuk dirawat. Smentara
motor yang ditumpangi dititipin di bengkel yang ada di sekitar lokasi kejadian.
Aku
dan teman-teman yang lain sebenarnya tidak tahu saat peristiwa kecelakaan itu
terjadi, karena jarak kami saat mengendarai sepeda motor begitu jauh satu sama
lain. Dari keterangan penduduk yang ada lokasi kejadian yang melihat peristiwa
itu mengatakan bahwa sepeda motor yang ditumpangin Fatah dan Heri melaju dengan
sangat kencang. Namun entah kenapa, tiba-tiba motor oleng ke kiri hingga
akhirnya menabrak pembatas di pinggir jalan sampai pembatasnya rubuh dan pecah
jadi dua. Fatah terpental ke depan sementara Heri ikut jatuh ke sungai bersama
motor. Dari warga lain juga menambahkan dari dulu di sepanjang jalan ini memang
sering terjadi kecelakaan dan tidak tahu apa sebabnya. Kemudian beralih ke
keterangannya Heri, dia tidak tahu menahu tentang kejadian tersebut, karena dia
dalam kondisi ngantuk berat. Sedangkan dari keterangan Fatah, dia juga dalam
kondisi mengantuk ketika sedang mengendarai motor. Fatah sempat bilang ke Heri
sebelum kecelakaan terjadi bahwa dia ngantuk, namun sepertinya tidak ada respon
berarti dari Heri karena dia juga ngantuk waktu dibonceng Fatah.
Peristiwa
kecelakaan diatas memberikan pelajaran yang berharga bagi kami. Kami akhirnya sadar
dan berfikir bahwa lain kali sebaiknya kalau kondisi fisik terlalu capek
apalagi sampai mengantuk sebaiknya istirahat dulu sampai benar-benar fit. Adakalanya
kita kuat, adakalanya kita lemah. Yang penting adalah jangan pernah mencoba
memaksa tubuh yang lemah ini dalam hal apapun. Karena tubuh kita juga punya hak
mengambil jeda untuk beristirahat.
Sekian.
No comments:
Post a Comment