Beranda

Sunday 2 March 2014

GUNUNG MERBABU | AKHIR PERJALANAN YANG MENYEDIHKAN

Mungkin bagi aku dan teman-temanku yang juga suka naik gunung, kisah ini akan menjadi kenangan dan pelajaran yang tak terlupakan. Ini karena kejadiannya yang nyaris menelan korban jiwa dan  membuat kami sangat terkejut disertai panik. Apalagi waktunya juga bertepatan dengan hari pahlawan dan hari ultahnya temanku yang waktu itu sempat dirayakan di puncak gunung yang kami naiki yaitu MERBABU.

Pada tanggal 9 November 2013, kami dengan jumlah personil 8 orang sepakat untuk mendaki ke gunung Merbabu melalui jalur Wekas. Dengan menggunakan sepeda motor, Aku boncengan dengan Heru, Heri dengan Fatah, Ari dengan Daniel, Aan dengan Yudi. Kami berangkat ba’da duhur dan hari itu sangat cerah, sehingga saat perjalanan di daerah wekas, kita sudah disuguhi pemandangan yang indah dan tak bosan untuk dilihat. Sore hari sekitar pukul 15.00 kami tiba di basecamp. Sebelum mendaki, kami menyiapkan dan memastikan lagi semua perlengkapan dan perbekalan  agar tidak ada yang terlewatkan. Setelah itu baru, Let’s go……!

Perjalanan menaiki gunung merbabu sangat lancar. Kami hanya menemui hal-hal yang boleh dibilang normal saja dan tidak menemui adanya kejadian-kejadian yang begitu berarti. Waktu itu banyak sekali mahasiswa/i dari berbagai kampus yang hendak melakukan pendakian ke gunung merbabu mulai dari pendaki kelas newbie sampai yang kelas berat. Ketika berjalan di jalur pendakian sesekali kita saling menyapa, walaupun itu terkadang sekedar basa-basi agar tidak dikira sombong. Hehe…. Saat hari sudah mulai gelap, kami menemui ada kelompok pendaki yang anggotanya sakit dan muntah-muntah. Dan kebetulan di kelompok kami, ada Heri (Mbah Heri) yang cukup pintar memijat. Aku melihat Heri mencoba memijat di bagian leher  dan juga mengelus-ngelus kening si pasien serta diberi sedikit minyak kayu putih, dan Alhamdulillah akhirnya si pasien merasa agak baikan, …..“makasih ea mas”…. dan mau melanjutkan lagi perjalanan.  Tidak lama setelah itu, kami juga menemui ada 4 pendaki cowok yang alat penerangnya tiba-tiba tidak berfungsi dan minta tolong agar mereka minta ijin untuk ikut di rombongan kita agar bisa sampai di area ngecamp. Sesampai di area ngecamp mereka mengucapkan terima kasih kemudian berpisah dari kelompok kami.  Di area ngecamp ternyata sudah sangat banyak sekali tenda yang sudah didirikan. Kami sempat bingung dimana akan mendirikan tenda, namun setelah cukup lama mencari-cari akhirnya ketemu juga tempat yang benar-benar pas untuk melepas lelah.

Keesokan harinya, sekitar jam 03.00 kami melakukan summit attack. Suhunya sangat dingin sampai menusuk tulang-belulang dan membuat kami sedikit  menggigil walaupun sudah mengenakan jaket yang tebal dan berlapis dua. Rrrrrrrrrrrrrr……… Tiba di puncak, kami merasa kecewa karena sunrisenya tertutup awan (T_T).  Oleh karena itu kita cuma semangat foto-foto dengan background gunung merapi dan juga pemandangan sabana yang cuantik. Oh iya, di puncak merbabu kami juga merayakan hari ultahnya Aan yang bertepatan dengan dengan hari pahlawah 10 November. Di puncak Aan mengeluarkan kue ulang tahun yang ia bawa dengan susah payah dari Jogja hingga ke puncak merbabu. Walaupun bentuk kuenya telah hancur dan tidak karu-karuan, lilin dengan aneka warna tetap ditancepin diatasnya. Setelah dinyalakan …… “happy birthday to you”……..berulang kali. Kemudian lilin ditiup dan selanjutnya menyantap kuenya sampe abiz. Baik di puncak kenteng songo maupun di puncak triangulasi, sama-sama rame. Saling tegur sapa dengan para pendaki akan menambah keakraban dan kegembiraan. Agar tidak terlalu dingin, waktu itu teman-temanku sempat membuat api dengan membakar kapur tulis yang telah direndam di minyak tanah. Dan ternyata banyak juga pendaki-pendaki lain yang berminat menghangatkan badan di sekitar api yang kami buat. Makin rame, makin hangat.

Setelah puas di puncak, kami turun menuju area ngecamp. Tiba di tenda, kami melakukan acara masak-masak. Yudi membawa sarden kaleng dan itu merupakan lauk satu-satunya yang dimiliki. Walaupun begitu, kita tetap berbagi dan menikmati santapan untuk mensuplai kembali energi yang habis. Setelah itu baru melakukan persiapan turun menuju basecamp. Ketika sudah mau cabut dari area ngecamp, eh malah tiba-tiba ada temenku (maaf nama tidak disebutkan) yang sakit perut, katanya sih dia pengen beol gitu. Karena mendapati kondisi kritis kayak gitu, akhirnya kami putuskan untuk nungguin dan duduk-duduk sambil bakar-bakar sampah. Setelah temenku itu merasa lega, kami akhirnya meninggalkan ara ngecamp.

Sebelum ke basecamp, sore itu kami bersih-bersih dan sholat dulu di masjid. Hujan turun dengan cukup deras dan memaksa kami untuk menggunakan mantel ketika ke basecamp. Karena kami sudah terbiasa diguyur hujan, kami memutuskan untuk langsung pulang ke jogja tanpa menunggu hujan reda.

Biasanya saat pulang dari gunung, merasa capek dan kantuk itu adalah pasti. Namun, kami tetap melanjutkan perjalanan pulang. Mungkin disebabkan besoknya ada UTS  di kampus. Jalan aspal yang kami lalui sangat bagus mulus, menurun, dan juga tidak terlalu ramai. Saking tenangnya kondisi jalan tersebut sampai-sampai membuat mata mulai mengantuk. Karena perjalanan dalam kondisi seperti itu tetap dipaksakan akhirnya musibah itu terjadi. Fatah dan Heri yang saling berboncengan mengalami kecelakaan tunggal. Dari atas sepeda motor yang aku tumpangi bersama Heru aku melihat ada keramaian, dan Heru bilang ke aku bahwa sepertinya ada yang kecelakaan. Ternyata benar ada kecelakaan, tapi belum tahu siapa korbannya. Sepeda motor yang ditumpangi korban terjatuh di sungai yang kedalamannya sekitar 1 meter dari jalan raya. Di atas sepeda motor itu ada korban yang posisinya seolah-olah sedang memeluk sepeda motor.  Setelah aku perhatikan ternyata yang di atas motor itu adalah HERI. Aku minta Heru untuk menghentikan motor dan saat aku menghampiri Heri, “Innalillahi….” Di mukanya Heri ada darah segar yang mengalir. Aku sempat mengira darah itu dari kepalanya, namun ternyata darah itu berasal dari luka luar di bagian hidung yang tergores akibat mencium bagian pinggir pelat motor secara paksa. Syukurlah bukan dari kepala korban. Yang parah adalah kakinya Heri ternyata masuk ke dalam celah antara kenalpot dan roda belakang, sehingga kakinya sempat terkena hawa yang sangat panas dari kenalpot dan menimbulkan luka bakar. Sedangkan Fatah yang membonceng Heri kondisi kedua tangannya sangat parah karena mengalami benturan dengan setang motor sehingga sangat sakit kalo dipakai menggenggam. Akhirnya kedua teman kami tersebut dibawa ke RST yang ada di Magelang untuk dirawat. Smentara motor yang ditumpangi dititipin di bengkel yang ada di sekitar lokasi kejadian.
Aku dan teman-teman yang lain sebenarnya tidak tahu saat peristiwa kecelakaan itu terjadi, karena jarak kami saat mengendarai sepeda motor begitu jauh satu sama lain. Dari keterangan penduduk yang ada lokasi kejadian yang melihat peristiwa itu mengatakan bahwa sepeda motor yang ditumpangin Fatah dan Heri melaju dengan sangat kencang. Namun entah kenapa, tiba-tiba motor oleng ke kiri hingga akhirnya menabrak pembatas di pinggir jalan sampai pembatasnya rubuh dan pecah jadi dua. Fatah terpental ke depan sementara Heri ikut jatuh ke sungai bersama motor. Dari warga lain juga menambahkan dari dulu di sepanjang jalan ini memang sering terjadi kecelakaan dan tidak tahu apa sebabnya. Kemudian beralih ke keterangannya Heri, dia tidak tahu menahu tentang kejadian tersebut, karena dia dalam kondisi ngantuk berat. Sedangkan dari keterangan Fatah, dia juga dalam kondisi mengantuk ketika sedang mengendarai motor. Fatah sempat bilang ke Heri sebelum kecelakaan terjadi bahwa dia ngantuk, namun sepertinya tidak ada respon berarti dari Heri karena dia juga ngantuk waktu dibonceng Fatah.

Peristiwa kecelakaan diatas memberikan pelajaran yang berharga bagi kami. Kami akhirnya sadar dan berfikir bahwa lain kali sebaiknya kalau kondisi fisik terlalu capek apalagi sampai mengantuk sebaiknya istirahat dulu sampai benar-benar fit. Adakalanya kita kuat, adakalanya kita lemah. Yang penting adalah jangan pernah mencoba memaksa tubuh yang lemah ini dalam hal apapun. Karena tubuh kita juga punya hak mengambil jeda untuk beristirahat.
Sekian.