Beranda

Friday, 15 March 2013

PENGALAMAN TERSESAT DI GUNUNG SUMBING JALUR BOWONGSO



Gunung Sumbing merupakan gunung tertinggi ke-3 di pulau Jawa setelah gunung Semeru dan gunung Slamet. Gunung Sumbing menjadi pilihan pendakian kami karena ketinggiannya yang melebihi ketinggian gunung-gunung yang kami daki sebelumnya dan jalur menuju puncaknya yang sangat menantang. Ditambah lagi pemandangan alamnya yang sangat bagus baik waktu malam hari maupun siangnya.

Perjalanan ke gunung Sumbing diikuti oleh 13 orang (8 cowok dan 5 cewek) termasuk aku. Satupun tidak ada yang pernah ke gunung Sumbing sebelumnya. Oleh karena itu,  pendakian ke gunung Sumbing ini boleh dikatakan  salah satu misi yang cukup nekat. Apalagi kami semua adalah para pendaki amatir yang belum berpengalaman dan tidak banyak tahu mengenai gunung.

Jalur yang kami pilih adalah jalur baru yang baru dibuka pada tahun 2007, yaitu jalur Bowongso. Aku dan teman-teman berangakat di siang hari dari kota Yogyakarta menuju basecamp di Bowongso menggunakan kendaraan umum dan menghabiskan ongkos dengan total lebih kurang Rp 30.000/orang dengan lama perjalanan sekitar 5 jam. Setelah melakukan registrasi pada orang-orang di basecamp, kemudian pada malam hari pukul 21.00 kami melakukan pendakian ke gunung sumbing yang diawali dengan melewati jalan berbatu kemudian dilanjutkan dengan melewati jalan bertanah. Ketika melewati jalan bertanah kami menemukan jalan bercabang dua. Kemudian kami memilih jalan ke kiri, karena menurut kami jalan ke kiri sepertinya sesuai dengan apa yang digambarkan oleh orang-orang di basecamp, apalagi disepanjang jalan ini kami mulai memasuki wilayah hutan dan sudah tidak lagi menemukan ladang penduduk, sehingga semakin membuat kami yakin bahwa jalan yang kami pilih tidak keliru.

Perjalanan menanjak yang cukup melelahkan selalu mendominasi ketika berpergian ke gunung. Oleh karena itu, kami harus bersabar dan tetap terus melangkahkan kaki agar bisa sampai di puncak. Semakin tinggi kami mendaki, pemandangan indah kota wonosobo dan sekitarnya semakin jelas dimalam hari. Namun, pemandangan seperti itu sewaktu-waktu hilang dari pandangan mata karena tertutup kabut yang tebal.

Setelah lebih dari 3 jam perjalanan, kami belum juga sampai di pos 1. Padahal perjalanan menuju pos 1 biasanya menelan waktu lebih kurang 2 jam. Kami merasa ada sesuatu yang tidak beres di perjalanan ini. Karena setelah melewati waktu yang begitu panjang, seharusnya kami telah sampai di pos 1. Firasatku mulai muncul, jangan-jangan jalur yang kami pilih ketika di jalan tanah tadi adalah salah. Namun aku yang berada di barisan terdepan tetap menelusuri jalan setapak yang masih terlihat jelas karena sepertinya sering dilalui oleh orang-orang. Teman-teman yang dibelakangku juga tidak terlalu banyak bicara. Walaupun selama perjalanan mereka melewati jalan-jalan curam yang berbartu-batu dan ditemani pula oleh adanya jurang di sisi kiri dan kanan, mereka tetap semangat dan ikut saja dengan jalur yang aku pilih, karena semakin lama kami berada di posisi yang lebih tinggi dan itu berarti puncak gunung Sumbing akan menjadi semakin dekat.

Pada tengah malam yang dingin dan terkadang dihampiri kabut yang cukup tebal, kami tetap melanjutkan perjalanan dan ingin meraih misi perjalanan ini. Dan akhirnya kami sudah berada di luar area hutan. Sekarang dihadapan kami di dominasi oleh rerumputan setinggi lutut. Kami juga terkadang melihat tanah-tanah gundul karena kebakaran. Dan di daerah inilah jalan yang kami lewati menjadi putus dan tidak ada lanjutannya. Namun, kami tetap melanjutkan perjalanan walaupun harus membuka jalan baru. Semakin keatas, daerah yang kami lalui semakin curam  dan rawan longsor. Sebagian teman yang cowok mencoba membantu di depan untuk menunjukan kemungkinan jalan yang bisa dilewati dengan nyaman. Sementara sebagian yang lain menjaga dan menenangkan yang cewek-cewek agar tetap tenang dalam situasi ini. Alhamdulillah akhirnya dengan bantuan dan kerjasama teman-teman yang lain, akhirnya kami bisa melewati jalan- jalan yang mengerikan tersebut.

Setelah melewati wilayah yang rawan longsor, kami beristirahat sejenak dan ternyata waktu subuh sebentar lagi akan tiba. Kami melanjutkan perjalanan walaupun dengan langkah kaki yang makin pelan. Bahkan sebagian teman ada yang sampai merangkak. Karena capek aku putuskan untuk istirahat lagi kemudian shalat subuh ditempat yang agak landai. Aku ditemani 2 orang teman yang berkemul menggunakan sarung karena kedinginan. Sedangkan sebagian besar rombongan tetap memutuskan untuk bergerak dan berhenti di bawah pohon yang letaknya sekitar 100 meter dari kami bertiga. Ketika hari mulai agak terang, kami menyaksikan pemandangan yang indah berupa penampakan gunung Sindoro yang dihiasi oleh awan putih dibawahnya. Subhanalloh……

Di tempat ini kami banyak menghabiskan waktu untuk foto-foto, beristirahat sepuasnya, dan menikmati setiap makanan yang kami bawa.



Gambar : suasana di tempat peristirahatan

Di tempat ini, kami juga sadar bahwa ternyata aku dan teman-teman benar-benar salah dari jalur pendakian sebenarnya menuju puncak gunung Sumbing. Kami tidak menuju ke puncak kawah gunung Sumbing, melainkan menuju ke puncak Buntu. Puncak Buntu ini berbeda dengan puncak Buntu yang dicapai dari jalur garung, kaliangkrik, dan lainnya. Puncak buntu ini adalah puncak yang dicapai dari jalur Bowongso. Namanya juga puncak buntu, di depan, di kiri dan kanan ada jurang lebar yang menganga. Berdasarkan penjelasan dari orang-orang dibasecamp, tidak pernah ada pendaki yang sampai ke puncak Buntu ini. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah pendakian ke gunung Sumbing. Oleh karena itu, kami ber-13 adalah rombongan pertama yang bisa sampai ke sini. Dan denger-dengar akhirnya jalur yang menuju ke tempat ini dinamai jalur 13. Hahay……

Pada siang harinya sekitar pukul 15.00, kami sepakat memutuskan untuk turun dari puncak Buntu, karena beberapa teman cewek ada yang sakit. Namun kali ini kami ditemani oleh 4 orang dari basecamp yang sebelumnya kami telpon dari puncak buntu (ternyata di tempat ini ada sinyal loh). Kami minta tolong agar mereka menjemput kami, sebab dalam kondisi yang cukup krisis seperti ini kami benar-benar memerlukan orang yang tahu persis arah untuk turun gunung. Perjalanan turun diawali dengan menempuh jalur yang dilewati oleh babi hutan, baru kemudian kami sampai pada jalur pendakian yang benar antara pos 2 dan pos 1.

Tiba di pos 1, ada salah satu teman kami ternyata melihat penampakan seorang wanita cantik yang sedang tersenyum. Senyum makhluk tersebut, konon menandakan perasaan senang bahwa kami telah kembali dengan selamat. Kemudian di perjalanan antara pos 1 dan gardu pandang teman kami yang lain mengalami halusinasi. Di depannya, dia melihat ada bangungan rumah dengan banyak tiang yang sangat bagus. Namun untung tidak terjadi apa-apa, karena masih banyak teman yang menemaninya disana. Setelah menempuh perjalanan beberapa jam, akhirnya kami sampai di basecamp pada pukul 22.00. Kami memutuskan untuk menginap dan keesokan harinya baru pulang ke Yogyakarta.

Keesokan harinya sebelum pulang, kami berbincang-bincang dulu dengan orang-orang di basecamp. Orang-orang di basecamp banyak bercerita tentang pengalaman mereka mendaki gunung. Setelah mengambil foto bersama di basecamp, kemudian kami packing dan berpamitan dengan orang-orang di basecamp untuk pulang.

Demikian cerita aku dan teman-temanku ketika tersesat di kawasan gunung Sumbing. Walaupun tidak sampai ke puncak kawah, namun aku dan teman-teman merasa cukup puas dan banyak mendapat pelajaran dari kejadian yang kami alami ketika mendaki. Karena masih penasaran, sebagian besar personil juga memutuskan untuk mendaki lagi ke gunung Sumbing, insyaAllah akan dilakukan pada liburan yang tersedia di akhir bulan Maret 2013 ini. Sekian……

No comments:

Post a Comment