Beranda

Wednesday, 10 December 2014

PENDAKIAN GUNUNG SLAMET | DARATAN TERTINGGI JATENG


Setelah rencana pendakian ke Gunung Slamet di bulan September gagal karena adanya urusan yang tidak bisa ditinggalkan, alhamdulillah akhirnya di bulan Desember 2013 rencana pendakian dapat terealisasi. Jadi pendakian ke Slamet merupakan pendakian yang kami nanti-nantikan, berhubung gunung yang kami akan daki ini merupakan gunung yang paling tinggi di Jawa Tengah. Di Puncaknya kami berharap bisa menginjakkan telapak kaki dan menyaksikan hamparan yang luas, gulungan awan putih,  dan juga sunrise yang belum pernah kami saksikan dari puncak Gunung ini.

Personil cowok yang ikut ada 3 orang, aku (mukmin), Ari, dan Ai. Sedangkan yang cewek ada Mbak Eva dan Novi. Sebenarnya temen-temenku banyak yang ingin ikut, akan tetapi karena adanya halangan kesehatan, keuangan,  waktu dan cuaca yang kurang mendukung, akhirnya anggota yang benar-benar siap ke gunung Slamet tereduksi menjadi 5 orang saja.

Jalur pendakian yang akan kami ambil yaitu jalur Bambangan yang katanya merupakan jalur standar menuju puncak Slamet. Perjalanan kami menuju basecamp Bambangan menggunakan angkutan umum dengan mengambil rute Terminal Giwangan (jogja)-turun di Sukoharjo (purwokerto)- terminal purbalingga-pertigaan serayu.
Sebelum berangkat kami cari warung dulu di terminal Giwangan karena dari tadi siang tmen-temen sepertinya belum sempat ngisi perut. Akhirnya kami menuju salah satu warung prasmanan yang berdekatan dengan lokasi Bus untuk menunggu para penumpang. Kebetulan aku lagi tidak terlalu bernafsu makan, jadi aku cuma pesan Mie rebus telor aja. Sementara temen-temen yang lain makan nasi dengan lauk daging dan sayuran yang bermacam-macam. Setelah selesai makan, tibalah saatnya untuk membayar ke pemilik warung dengan menyebutkan satu persatu santapan yang diambil tadi. “Mie rebus telor harganya berapa mbak? ”, mbaknya menjawab sambil memencet kalkulator, “sepuluh ribu mas”. Bagiku harga segitu memang mahal, namun aku anggap wajar aja karena berhubung tempatnya di dalam terminal. Selanjutnya giliran Ari nyebutin makanan yang telah diambil tadi yakni nasi, ayam, plus sayur, dan ternyata total bayranya adalah 30 ribu. Waow…. Kata-kata 30 ribu bikin sempet kaget sampe-sampe si mbak pemilik warung di tanya lagi berapa yang harus dibayar. Ternyata kami tidak salah dengar dan harganya adalah 30 ribu. Dalam hati aku berfikir, harga makanan semahal itu mungkin nasinya diimpor dari Hongkong kali yak hehe… 

Berangkat dari Giwangan pukul 21.00 dengan menggunakan Bus yang harga tiketnya Rp 40.000. Perjalanan dari terminal giwangan menuju purwokerto mengalami kemacetan lalulintas yang parah sehingga perjalanan ke purwokerto yang seharusnya 5 jaman malah menjadi 10 jam. Hadeeeewh….. setelah bersabar melewati kemacetan, akhirnya kami tiba di Sukoharjo pukul 06.00 dan turun di sebuah persimpangan jalan. Di sana ternyata sudah banyak angkutan umum yang sedang mencari penumpang ke jurusan purbalingga dan pertigaan serayu. Kami bilang ke sopirnya kalo mau mendaki ke gunung Slamet dan musti ke pertigaan serayu. Pak sopir tahu maksud kami dan mengantarkan kami ke pertigaan serayu dengan ongkos Rp 15.000. Kami sampai di pertigaan serayu sekitar pukul 07.00 dan disana kami sarapan dulu sebelum melanjutkan perjalanan ke basecamp bambangan. Warung tempat kami makan kali ini murah meriah dan enak. Di warung ini kami juga melengkapi perbekalan logistik yang masih kurang setalah itu baru meluncur ke basecamp bambangan menggunakan carry dengan ongkos Rp25.000 dan sampai di Basecamp pukul 10.00 lewat sedikit.

Alhamdulillah cuacanya cerah ketika di basecamp, sehingga kita bisa melihat gunung slamet yang sedang berdiri kokoh dan impianku menaiki gunung ini akan segera tercapai. Namun sebelum mendaki, di basecamp kami istirahat sebenatar, bersih-bersih kemudian registrasi. Di daftar registrasi ternyata sudah ada sekitar 100 pendaki yang lagi muncak ke gunung slamet. Waaah… banyak juga ternyata… bakal tambah seru dan rame kalo begini ni.

Di siang hari yang sangat cerah kami mulai melakukan pendakian  gunung Slamet. Setelah berdoa memohon keselamatan dan kesehatan kepada Allah swt, kami melangkahkan kaki meninggalkan basecamp. Perjalanan dimulai dengan menaiki jalan menanjak sampai tiba di sebuah gapura. Selanjutnya belok kanan masuk ladang dan menyusuri sungai. Setelah melewati perladangan kita akan menemui lapangan yang mirip lapangan sepak bola. Kami berjalan dengan tempo agak lambat sehingga berapa kali dilewati pendaki-pendaki SMA. “Mari mas, mari Mbak… ”  Setelah bebarapa jam kami tiba di pos 1. Di pos 1 kami melakukan ISHOMA, sehingga kami cukup lama menghabiskan waktu di tempat ini.

Setelah puas istirahat di pos 1, perjalanan kami lanjutkan ke pos 2. Perjalanan setelah pos 1 merupakan perjalanan memasuki area hutan yang ditumbuhi pohon-pohon yang tinggi dan besar sehingga membuat suasana menjadi sangat teduh karena sinar mentari terhalang oleh pepohonan. Kalo dilihat memang suasananya lumayan menyeramkan.

Sekitar 2 jam menempuh perjalanan, kami tiba di pos 2. Area di pos 2 cukup luas sehingga mungkin bisa menampung beberapa tenda berukuran besar. Kami tidak ingin berlama-lama di pos 2 karena siang akan sebentar lagi berganti sore. Perjalanan menanjak terus kami lewati tanpa kenal lelah. Beberapa pos bayangan kami lalui dan beberapa pendaki mendirikan tenda untuk beristirahat. Walaupun banyak tempat kosong untuk mendirikan tenda, kami tetap terus melangkahkan kaki dan bertekad ngecamp di pos 5.

Hujan turun mengguyur kami yang sedang berjalan menuju pos 3.  Kondisi personil mulai kelelahan terutama yang cewek dan kami harus banyak istirahat di perjalanan. Namun Alhamdulillah yang penting tidak ada personil yang kondisinya terlalu ngedrop sehingga sampai pingsan. Walaupun perjalanan sangat lambat karena sering istirahat, pendakian tetap dilanjutkan sedikit demi sedikit. Dan kami tidak mau memaksakan diri berjalan dalam kondisi tak bertenaga. Prinsip ini benar-benar kami pegang teguh.  Sekitar pukul 17.00 kami sampai di pos 3. Di pos 3 ada yang mendirikan tenda dan kita istirahat meminum minuman hangat sambil ngobrol-ngobrol dengan para anak muda si pemilik tenda.

Waktu terasa sangat cepat berlalu. Gerimis hujan yang tak henti-hentinya mengguyur dan membasahi kami tidak kunjung berhenti. Oleh karena itu, kami tidak perlu berlama-lama di pos 3. Kami berpamitan dan undur diri dari pos tiga melanjutkan  target perjalanan kami menuju pos 5. Di tengah perjalanan menuju pos 4 hari mulai malam. Keadaan yang gelap mengharuskan kami mengeluarkan lampu penerang dan saling mengingatkan agar lebih berhati-hati saat berjalan, karena di tengah-tengah jalan setapak yang kita lalui saat mendaki gunung biasanya terdapat lubang atau joglangan yang membuat kaki terperosok ke dalamnya. Aku pernah mengalami hal ini ketika dulu mendaki ke gunung Sumbing di malam hari. Aku merasa kaget karena tiba-tiba kakiku yang sebelah kanan masuk ke dalam lubang yang cukup dalam. Akan tetapi aku masih beruntung sebab kakiku tidak mengalami luka maupun kesleo.

Akhirnya sekitar jam 19.00 kami tiba di pos 4 yakni pos samarantu. Di pos 4 suasananya sangat gelap. Tidak ada seorang pendakipun yang nongol dan mendirikan tenda disini. Penyebabnya mungkin seperti yang sering diceritakan di internet ada mitos bahwa di pos 4 ada hantu penunggunya dan pernah ada pendaki yang diganggu ketika mendirikan tenda disana. Terus terang saja ketika aku sampai di pos 4 bulu kuduku sedikit merinding gara-gara mengingat cerita hantu seperti itu. Aku meminta temenku agar tidak berhenti di pos ini dan menyarankan agar lanjut saja ke pos 5. Toh juga pos 5 tinggal beberapa menit lagi. Beberapa menit setelah meninggalkan pos 4 kami mendengar ada suara-suara ramai para pendaki yang sedang ngecamp di pos 5. Alhamdulillah…. Akhirnya sampai di pos 5.

Di pos 5 karena saking ramenya, kami tidak tahu dimana harus mendirikan tenda. Area di pos 5 sudah penuh dengan tenda. Sebenarnya ada lahan kosong, namun kondisinya miring dan berada persis di pinggir jalur pendakian. Karen sudah mencari kemana-mana dan tidak menemukan tempat lain, kami terpaksa mendirikan tenda di lahan yang agak miring. Yang penting bisa berteduh bung…. Hehehe…

Kami mendirikan dua buah tenda, satu untuk cowok dan satu lagi untuk cewek. Di malam hari yang dingin ini enaknya menghangatkan badan sambil masak-masak di dekat perapian. Aku pikir sudah tidak ada masalah lagi setelah selesai mendirikan tenda. Ketika temenku yang cewek mbak eva dan novi lagi masak-masak, eh malah di datengi seekor babi hitam.  Mbak eva teriak minta tolong. Si Ai keluar dan mengusir si babi. Katanya babinya itu lumayan besar. Setelah kejadian itu kegiatan masak-masak sempat terhenti. Apalagi si Ai katanya merasa pusing dan mengalami hal aneh, tapi dia tidak mau bercerita soal ini. Ai kembali ke dalam tenda dan lebih memilih istirahat. Mbak eva juga tiba-tiba perutnya mual dan pengen muntah.  Cuma Novi, Ari, dan Aku yang di luar tenda dan masak air buat kopi dan mie instant untuk hidangan malam hari itu. Setelah itu kami semua beristirahat mengumpulkan tenaga untuk summit attack besok pagi. sekian