Setelah rencana pendakian ke Gunung Slamet di bulan
September gagal karena adanya urusan yang tidak bisa ditinggalkan, alhamdulillah
akhirnya di bulan Desember 2013 rencana pendakian dapat terealisasi. Jadi
pendakian ke Slamet merupakan pendakian yang kami nanti-nantikan, berhubung
gunung yang kami akan daki ini merupakan gunung yang paling tinggi di Jawa
Tengah. Di Puncaknya kami berharap bisa menginjakkan telapak kaki dan
menyaksikan hamparan yang luas, gulungan awan putih, dan juga sunrise yang belum pernah kami
saksikan dari puncak Gunung ini.
Personil cowok yang ikut ada 3 orang, aku (mukmin), Ari, dan
Ai. Sedangkan yang cewek ada Mbak Eva dan Novi. Sebenarnya temen-temenku banyak
yang ingin ikut, akan tetapi karena adanya halangan kesehatan, keuangan, waktu dan cuaca yang kurang mendukung,
akhirnya anggota yang benar-benar siap ke gunung Slamet tereduksi menjadi 5
orang saja.
Jalur pendakian yang akan kami ambil yaitu jalur Bambangan
yang katanya merupakan jalur standar menuju puncak Slamet. Perjalanan kami
menuju basecamp Bambangan menggunakan angkutan umum dengan mengambil rute
Terminal Giwangan (jogja)-turun di Sukoharjo (purwokerto)- terminal
purbalingga-pertigaan serayu.
Sebelum berangkat
kami cari warung dulu di terminal Giwangan karena dari tadi siang tmen-temen
sepertinya belum sempat ngisi perut. Akhirnya kami menuju salah satu warung
prasmanan yang berdekatan dengan lokasi Bus untuk menunggu para penumpang.
Kebetulan aku lagi tidak terlalu bernafsu makan, jadi aku cuma pesan Mie rebus
telor aja. Sementara temen-temen yang lain makan nasi dengan lauk daging dan
sayuran yang bermacam-macam. Setelah selesai makan, tibalah saatnya untuk
membayar ke pemilik warung dengan menyebutkan satu persatu santapan yang
diambil tadi. “Mie rebus telor harganya berapa mbak? ”, mbaknya menjawab sambil
memencet kalkulator, “sepuluh ribu mas”. Bagiku harga segitu memang mahal,
namun aku anggap wajar aja karena berhubung tempatnya di dalam terminal. Selanjutnya
giliran Ari nyebutin makanan yang telah diambil tadi yakni nasi, ayam, plus
sayur, dan ternyata total bayranya adalah 30 ribu. Waow…. Kata-kata 30 ribu
bikin sempet kaget sampe-sampe si mbak pemilik warung di tanya lagi berapa yang
harus dibayar. Ternyata kami tidak salah dengar dan harganya adalah 30 ribu.
Dalam hati aku berfikir, harga makanan semahal itu mungkin nasinya diimpor dari
Hongkong kali yak hehe…
Berangkat dari
Giwangan pukul 21.00 dengan menggunakan Bus yang harga tiketnya Rp 40.000. Perjalanan
dari terminal giwangan menuju purwokerto mengalami kemacetan lalulintas yang
parah sehingga perjalanan ke purwokerto yang seharusnya 5 jaman malah menjadi
10 jam. Hadeeeewh….. setelah bersabar melewati kemacetan, akhirnya kami tiba di
Sukoharjo pukul 06.00 dan turun di sebuah persimpangan jalan. Di sana ternyata
sudah banyak angkutan umum yang sedang mencari penumpang ke jurusan purbalingga
dan pertigaan serayu. Kami bilang ke sopirnya kalo mau mendaki ke gunung Slamet
dan musti ke pertigaan serayu. Pak sopir tahu maksud kami dan mengantarkan kami
ke pertigaan serayu dengan ongkos Rp 15.000. Kami sampai di pertigaan serayu
sekitar pukul 07.00 dan disana kami sarapan dulu sebelum melanjutkan perjalanan
ke basecamp bambangan. Warung tempat kami makan kali ini murah meriah dan enak.
Di warung ini kami juga melengkapi perbekalan logistik yang masih kurang
setalah itu baru meluncur ke basecamp bambangan menggunakan carry dengan ongkos
Rp25.000 dan sampai di Basecamp pukul 10.00 lewat sedikit.
Alhamdulillah cuacanya
cerah ketika di basecamp, sehingga kita bisa melihat gunung slamet yang sedang
berdiri kokoh dan impianku menaiki gunung ini akan segera tercapai. Namun
sebelum mendaki, di basecamp kami istirahat sebenatar, bersih-bersih kemudian
registrasi. Di daftar registrasi ternyata sudah ada sekitar 100 pendaki yang
lagi muncak ke gunung slamet. Waaah… banyak juga ternyata… bakal tambah seru
dan rame kalo begini ni.
Di siang hari
yang sangat cerah kami mulai melakukan pendakian gunung Slamet. Setelah berdoa memohon
keselamatan dan kesehatan kepada Allah swt, kami melangkahkan kaki meninggalkan
basecamp. Perjalanan dimulai dengan menaiki jalan menanjak sampai tiba di
sebuah gapura. Selanjutnya belok kanan masuk ladang dan menyusuri sungai.
Setelah melewati perladangan kita akan menemui lapangan yang mirip lapangan
sepak bola. Kami berjalan dengan tempo agak lambat sehingga berapa kali
dilewati pendaki-pendaki SMA. “Mari mas, mari Mbak… ” Setelah bebarapa jam kami tiba di pos 1. Di
pos 1 kami melakukan ISHOMA, sehingga kami cukup lama menghabiskan waktu di
tempat ini.
Setelah puas
istirahat di pos 1, perjalanan kami lanjutkan ke pos 2. Perjalanan setelah pos
1 merupakan perjalanan memasuki area hutan yang ditumbuhi pohon-pohon yang
tinggi dan besar sehingga membuat suasana menjadi sangat teduh karena sinar
mentari terhalang oleh pepohonan. Kalo dilihat memang suasananya lumayan menyeramkan.
Sekitar 2 jam
menempuh perjalanan, kami tiba di pos 2. Area di pos 2 cukup luas sehingga
mungkin bisa menampung beberapa tenda berukuran besar. Kami tidak ingin
berlama-lama di pos 2 karena siang akan sebentar lagi berganti sore. Perjalanan
menanjak terus kami lewati tanpa kenal lelah. Beberapa pos bayangan kami lalui
dan beberapa pendaki mendirikan tenda untuk beristirahat. Walaupun banyak
tempat kosong untuk mendirikan tenda, kami tetap terus melangkahkan kaki dan
bertekad ngecamp di pos 5.
Hujan turun
mengguyur kami yang sedang berjalan menuju pos 3. Kondisi personil mulai kelelahan terutama
yang cewek dan kami harus banyak istirahat di perjalanan. Namun
Alhamdulillah yang penting tidak ada personil yang kondisinya terlalu ngedrop
sehingga sampai pingsan. Walaupun perjalanan sangat lambat karena sering
istirahat, pendakian tetap dilanjutkan sedikit demi sedikit. Dan kami tidak mau
memaksakan diri berjalan dalam kondisi tak bertenaga. Prinsip ini benar-benar kami pegang teguh. Sekitar pukul 17.00 kami sampai di pos 3. Di pos
3 ada yang mendirikan tenda dan kita istirahat meminum minuman hangat sambil
ngobrol-ngobrol dengan para anak muda si pemilik tenda.
Waktu terasa
sangat cepat berlalu. Gerimis hujan yang tak henti-hentinya mengguyur dan
membasahi kami tidak kunjung berhenti. Oleh karena itu, kami tidak perlu
berlama-lama di pos 3. Kami berpamitan dan undur diri dari pos tiga
melanjutkan target perjalanan kami
menuju pos 5. Di tengah perjalanan menuju pos 4 hari mulai malam. Keadaan yang
gelap mengharuskan kami mengeluarkan lampu penerang dan saling mengingatkan
agar lebih berhati-hati saat berjalan, karena di tengah-tengah jalan setapak
yang kita lalui saat mendaki gunung biasanya terdapat lubang atau joglangan
yang membuat kaki terperosok ke dalamnya. Aku pernah mengalami hal ini ketika
dulu mendaki ke gunung Sumbing di malam hari. Aku merasa kaget karena tiba-tiba
kakiku yang sebelah kanan masuk ke dalam lubang yang cukup dalam. Akan tetapi
aku masih beruntung sebab kakiku tidak mengalami luka maupun kesleo.
Akhirnya sekitar
jam 19.00 kami tiba di pos 4 yakni pos samarantu. Di pos 4 suasananya sangat
gelap. Tidak ada seorang pendakipun yang nongol dan mendirikan tenda disini.
Penyebabnya mungkin seperti yang sering diceritakan di internet ada mitos bahwa
di pos 4 ada hantu penunggunya dan pernah ada pendaki yang diganggu ketika
mendirikan tenda disana. Terus terang saja ketika aku sampai di pos 4 bulu
kuduku sedikit merinding gara-gara mengingat cerita hantu seperti itu. Aku
meminta temenku agar tidak berhenti di pos ini dan menyarankan agar lanjut saja
ke pos 5. Toh juga pos 5 tinggal beberapa menit lagi. Beberapa menit setelah
meninggalkan pos 4 kami mendengar ada suara-suara ramai para pendaki yang
sedang ngecamp di pos 5. Alhamdulillah…. Akhirnya sampai di pos 5.
Di pos 5 karena
saking ramenya, kami tidak tahu dimana harus mendirikan tenda. Area di pos 5
sudah penuh dengan tenda. Sebenarnya ada lahan kosong, namun kondisinya miring
dan berada persis di pinggir jalur pendakian. Karen sudah mencari kemana-mana
dan tidak menemukan tempat lain, kami terpaksa mendirikan tenda di lahan yang
agak miring. Yang penting bisa berteduh bung…. Hehehe…
Kami mendirikan dua buah tenda, satu untuk cowok dan
satu lagi untuk cewek. Di malam hari yang dingin ini enaknya menghangatkan
badan sambil masak-masak di dekat perapian. Aku pikir sudah tidak ada masalah
lagi setelah selesai mendirikan tenda. Ketika temenku yang cewek mbak eva dan
novi lagi masak-masak, eh malah di datengi seekor babi hitam. Mbak eva teriak minta tolong. Si Ai keluar
dan mengusir si babi. Katanya babinya itu lumayan besar. Setelah kejadian itu
kegiatan masak-masak sempat terhenti. Apalagi si Ai katanya merasa pusing dan
mengalami hal aneh, tapi dia tidak mau bercerita soal ini. Ai kembali ke dalam
tenda dan lebih memilih istirahat. Mbak eva juga tiba-tiba perutnya mual dan
pengen muntah. Cuma Novi, Ari, dan Aku
yang di luar tenda dan masak air buat kopi dan mie instant untuk hidangan malam
hari itu. Setelah itu kami semua beristirahat mengumpulkan tenaga untuk summit
attack besok pagi. sekian